Mengapa Madrasah Salafiyah Khairu Ummah Panatagama Yogyakarta
menyelenggarakan program pembelajaran sejarah, di mana dalam hal ini program
tersebut terwujud pada mata pelajaran yang diberi nama Tarikh wa Siyasah? Dengan kata lain, pemikiran apakah yang
melandasi diselenggarakannya program pembelajaran tersebut?
Landasan Pemikiran Pembelajaran Tarikh Wa Siyasah
Secara garis besar jawaban atas pertanyaan di atas
akan berkisar pada pemahaman akan arti penting informasi sejarah / pembelajaran
sejarah dan kaitannya dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh Madrasah
Salafiyah Khairu Ummah Panatagama Yogyakarta. Berkaitan dengan arti penting
informasi sejarah / pembelajaran sejarah dan kaitannya dengan tujuan pendidikan
yang ingin diwujudkan oleh Madrasah Salafiyah Khairu Ummah Panatagama Yogyakarta, maka kami sampai kepada kesimpulan sebagai berikut:
Pertama; Hampir keseluruhan teks sejarah di dalamnya memuat kisah perjalanan
hidup orang-orang besar. Maka dalam hal ini tidak terlau berlebihan jika
fenomena tersebut dikatakan sebagai fenomena yang universal. Bahkan ada yang
sampai pada kesimpulan bahwa sejarah adalah kisah hidup orang-orang besar. Di
dalamnya terdapat penjelasan tentang prestasi atau kegemilangan orang-orang tersebut
dan terdapat juga penjelasan atau paling tidak gambaran kondisi keseharian, akhlaq,
sikap hidup, karakter-karakter unggulan dan berbagai aspek internal lainnya
yang ada pada orang-orang tersebut yang menjadi pra kondisi bagi sampainya
orang-orang tersebut pada predikat orang-orang besar atau pra kondisi yang
membuatnya sampai pada kemampuan melakukan hal-hal besar yang menjadi prestasi atau kegemilangannya.
Kenyataan teks sejarah sebagaimana tersebut di
atas, kaitannya dengan pembahasan ini atau yang menjadi titik tekan dalam
pembahasan ini adalah bahwa keberadaan teks sejarah yang demikian merupakan
materi pembelajaran yang dapat digunakan oleh para pendidik untuk membantu mewujudkan
visi hidup yang tinggi / besar pada anak-anak didiknya. Sehingga melalui
pembelajaran sejarah akan dimungkinkan visi hidup yang tinggi / besar terwujud
pada anak didik atau minimal dengan pembelajaran sejarah tersebut akan
tertolong untuk terwujud, karena mewujudnya visi hidup yang tinggi / besar pada
anak didik tidak hanya digantungkan pada pembelajaran sejarah tetapi
digantungkan pula pada pembelajaran-pembelajaran yang lain. Selain itu, melalui
pembelajaran sejarah dimungkin pula adanya transfer keseharian, akhlaq, sikap hidup, karakter-karakter
unggulan dan berbagai aspek internal lainnya yang ada pada orang-orang yang
berpredikat orang besar pada anak didik.
Kesimpulan ini bukan sesuatu yang mengada-ada akan
tetapi sesuatu yang medapatkan pembenarannya pada realitas. Kita telah sampai
pada pengetahuan, bahwa pada masa lalu, lebih banyak kita jumpai orang-orang
besar, atau setidaknya orang-orang yang memilki sikap dan mentalitas orang besar,
di mana jika kita telusuri, maka kita akan sampai pada kesimpulan, bahwa hal
tersebut terjadi, salah satunya adalah karena dilatar belakangi oleh adanya
pembelajaran sejarah atau lebih spesifik biografi orang-orang besar yang memadai. Dalam konteks peradaban Islam hal itu dapat
kita simpulkan dari upaya pengajaran terhadap sirah Nabawiyah, tarikh para Nabi
dan Rasul, sirah Shahabat, biografi para Khalifah, biografi para Imam Mujtahidin,
kisah para Mujahid, kisah orang-orang Shalih dan yang semisal yang marak di
dunia Islam dari sebagian abad-abadnya dan selalu dianggap sebagai hal yang
sangat penting.
Jika kita bandingkan dengan keadaan sekarang ini, tentu
saja sangat berbeda. Sulit untuk masa sekarang ini, kita menjumpai orang-orang
besar atau memiliki sikap dan mentalitas orang-orang besar, karena salah satu
faktor terpenting yang melatar belakanginya, sebagaimana disebut di atas, tidak
ada atau jikalu pun ada sangat sedikit / tidak memadai.
Sekarang ini, jika kita menanyakan pada anak-anak
dan remaja-remaja, tentang visi hidup atau cita-cita mereka, kita akan mendapati
kebanyakan mereka bercita-cita menjadi pesepak bola dan atau selebriti, dan
jika mereka ditanya tentang siapakah menurut mereka orang hebat yang menjadi
idola mereka di mana mereka ingin menirunya, tentu saja jawabannya adalah para
pesepak bola dan para selebriti. Sekolah sepak bola ( SSB ) dan ajang pencari
bakat seperti Indonesian Idol menjadi sangat marak.
Mengapa jawaban mereka demikian dan mengpa meraka
menjadi demikian? Tentu saja, salah satunya adalah karena mereka dicekoki
dengan ”sejarah” dan ”biografi”para pesepak bola dan para selebriti baik
melalui televisi atau pun bacaan mereka hampir di setiap hari-hari mereka.
Beberapa kenyataan di atas yaitu kenyataan kontens
teks sejarah dan kenyatan perkembangan kesadaran anak-anak dan remaja beserta
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kesadaran tersebut, sekali lagi,
akan mengantarkan kita pada satu kongklusi bahwa adalah mungkin untuk membangun
visi hidup yang besar / yang tinggi pada anak didik melalui pembelajaran
sejarah atau setidaknya pembelajaran tersebut mampu membantu terwujudnya visi
hidup yang besar / tinggi pada anak didik. Maka pembelajaran sejarah yang
sesuai dengan cita-cita pendidikan Islam yang juga merupakan cita-cita
pendidikan Madrasah Salafiyah Khairu Ummah Panatagama Yogyakarta harus di wujudkan.
Sebagaimana telah ditekadkan oleh Madrasah
Salafiyah Khairu Ummah Panatagama Yogayakarta bahwa akan lahir melalui rahim
pendidikan yang diusahakannya manusia-manusia besar yaitu negarawan-negarawan
Islam, maka suatu keharusan bagi Madrasah Salafiyah Khairu Ummah Panatagama untuk
mewujudnya visi menjadi negarawan Islam tersebut dalam benak anak-anak
didiknya. Penanaman visi ini tidak boleh gagal. Jika penanaman visi ini gagal
maka sesungguhnya hal ini adalah kegagalan pada langkah pertama yang
menjadikannya tidak layak untuk mengusahakan langkah-langkah berikutnya. Dalam
hal ini pembelajaran sejarah yang sedemikian hingga yang bersesuaian dengan
cita-cita pendidikan di atas ditempuh oleh Madrasah Salafiyah Panatagama
Yogyakarta karena dinilai sebagai sebab di antara rangkaian sebab yang akan
menghantarkan kepada musabab yaitu tujuan yang dicita-citakan.
Kedua; Terdapat banyak teks sejarah umat Islam yang ditulis oleh pihak-pihak di luar Islam
dan atau ditulis oleh putera-puteri kaum Muslim yang terpengaruh pihak-pihak di
luar Islam tersebut. Hampir dipastikan bahwa sebagaian besarnya untuk tidak
mengatakan keseluruhannya, bahwa teks-teks tersebut tidak adil atau tidak benar
dalam memberikan gambaran terhadap
sejarah uamt Islam.
Kondisi ini, yaitu adanya teks-teks sejarah uamt
Islam yang salah atau sengaja dibuat salah bahkan merupakan upaya untuk
menjelek-jelekkan Islam, umat Islam dan sejarahnya memungkinkan wujudnya
konsekuensi-konsekuensi yang tidak menguntungkan bagi Islam dan kaum Muslim. Di
antaranya adalah adanya persaan jijik pada sebagian umat Islam terhadap masa
lalunya karena informasi yang salah terhadap sejarahnya sendiri. Tidak hanya sampai
pada taraf seperti itu saja, bahkan ada kaum Muslim yang merasa malu menyandang
predikatnya sebagai Muslim, akibat termakan opini yang salah tentang masa lalu
umat Islam, melalui pembelajaran sejarah yang digagas oleh pihak lain tersebut.
Dalam kaitannya dengan persoalan di atas, maka
sudah semestinya digagas suatu pembelajaran sejarah yang mampu menguntungkan
Islam dan umatnya. Dalam hal ini wujud dari pembelajaran sejarah tersebut
haruslah pembelajaran yang mampu menggambarkan sejarah umat Islam yang
sebenarnya, dan jika hal tersebut mampu untuk
diwujudkan maka sesungguhnya akan membawa pada konsekuensi timbulnya
kebanggaan terhadap Islam dan umat Islam, karena sesungguhnya sebagian besar
dari abad-abad masa lalu umat Islam adalah keagungan. Pada taraf selanjutnya,
kebanggan tersebut diharapakan mendorang
anak didik untuk mempelajari Islam dengan lebih baik lagi, dan juga menjadi
salah satu pendorong mereka untuk memperjuangkan penerapan Islam, dengan kata
lain pembelajaran sejarah Islam yang sesuai dengan perspektif Islam merupakan
pembekalan yang diperlukan bagi para kader dakwah, dan sebagaimana telah
di’azamkan bahwa Madarsah Salafiyah Khairu Ummah Panatagama Yogyakarta adalah
salah satu tempat pembekalan bagi para kader dakwah.
Ketiga; Bahwa siapa saja mengkaji sejarah,
dimungkinkan untuk memperoleh / mengetahui hukum-hukum universal yang mengatur
proses sejarah, termasuk di dalamnya mengetahui bagaimana suatu peristiwa
sejarah dan atau suatu kondisi dalam sejarah akan membawa pada konsekuensi-konsekuensi
tertentu terhadap kehidupan manusia pada masa yang merupakan kelanjutan dari kehidupannya,
di mana hukum-hukum ini berlaku bagi manusia baik sebagai individu, kelompok, dan
bahkan suatu umat. Dengan kata lain ia mengetahuai apa yang disebut juga dengan
’filsafat sejarah’ atau mengetahui ’hukum-hukum sosial’ melalui pembelajaran
sejarah dan secara lebih spesifik mengetahui hukum sebab akibat yang berlaku
dalam proses sejarah yang berlaku baik dalam kehidupan individu, kelompok
maupun keumatan.
Dalam kenyatannya baik yang terekam oleh sejarah
maupun yang tidak, kita mendapati adanya
individu yang unggul dalam hidupnya akan tetapi ada pula yang tersingkir, ada
kelompok yang mampu memenangi suatu percaturan hidup akan tetapi ada pula
kelompok yang tak mampu beranjak menapaki kemajuan bahkan menjadi pecundang dan
sebagaimana kita dapati ada umat yang bangkit dan di saat bersamaan ada pula
yang jatuh tersungkur. Dengan memahami kenyataan dalam lingkup kehidupan
manusia yang demikian tersebut, baik melalui penginderaan langsung maupun
melalui informasi sejarah, memungnkinkan manusia untuk mampu menyimpulkan
sebab-akibat yang mengantarkan suatu individu, kelompok, dan umat kepada
keaadaan yang melingkupinya.
Ketika seseorang atau sekelompok orang mampu untuk
memhami hukum-hukum yang mengatur prses sejarah yang berlaku dalam lingkup individu
misalnya, maka diharapkan ia menjadi bijak dalam menentukan pilihan-pilihan
hidupnya, karena memahami konsekuensi-kensekuensi yang akan wujud pada dirinya
atau yang akan melingkupi dirinya di masa yang akan datang. Dengan kata lain ia
memahami bahwa tindakannya di masa kini akan menentukan kondisinya di masa
mendatang sebagai mana ia memahami bahwa keputusannya di masa lalu sedikit atau
banyakanya akan berkonsekuensi di masa
kini. Tidak hanya itu bahkan ia menjadi bijak dan mampu berempati serta memperlakukan
sesamanya dengan baik, karena kemampuan memahami kondisi orang lain beserta
faktor-faktor yang melatar belakanginya di masa lalu orang tersebut
Dalam kaitannya dengan hukum-hukum universal kesejarahan
yang berlaku atas kelompok ( partai, organissasi, pergerakan dan yang
semisalnya ) ia diharapakan mampu untuk sampai ke pada kesimpulan tentang
bagaimana yang seharusnya suatu kelompok mampu mempengaruhi bahkan mengubah
kondisi masyarakat, dan mampu pula menilai keberadaan kelompok yang ada pada
saat ini dan kaitannya dengan kemampuan kelompok tersebut untuk mempengaruhi
masyarakat. Bahkan diharapakan ketika ia bergabung dengan kelompok tertentu ia
mampu untuk mengarahkan kelompok tersebut pada aksi-aksi yang relevan dengan
gagasan yang diemban oleh kelompoknya tersebut.
Anak didik diharapkan juga melalui pembelajaran
sejarah akan sampai pada kesimpulan yang benar terhadap hukum-hukum universal kesejarahan
dalam level keumatan. Misalnya, ia memahami makna kebangkitan dan memahami
makna kemunduran bahkan pada taraf selanjutnya ia akan mampu memberi kesimpulan
pada realitas umat tertentu yang sedang diinderanya; apakah umat tersebut dalam
kondisi bangkit / maju ataukah mundur?
Setelah memahami hukum-hukum tersebut, melalui
pembelajaran sejarah, ia diharapkan pula mampu memahami hukum-hukum kesejarahan
yang khusus berkaitan umat Islam. Misalnya, ia memahami seperti apa wujud kebangkitan
dalam tubuh umat Islam dan memahami pula cara untuk mewujudkan kebangkitan umat
Islam tersebut. Ia mampu pula untuk memberikan penilaian terhadap kondisi umat
Islam sekarang; apakah termasuk umat yang bangkit atau justru sebaliknya, dan
pada akhirnya -meminjam istilah populer- ia mampu menentukan ”peran
kesejarahannya”.
Keempat; Pemahaman seseorang terhadap
sejarah pada tingkat tertentu memungkinkan seseorang memilki setidaknya salah
satu syarat atau prasyarat bagi suatu kemampuan atau suatu keahlian, yaitu
keahlian di bidang siyasah / politik. Dengan kata lain pembelajaran sejarah
memilki relevansi bagi lahirnya sosok politisi ulung. Mengapa demikian? hal ini
tidak lain dan tidak bukan karena informasi sejarah, utamanya sejarah politik
jika disampaikan dengan format yang tepat maka ia akan menjadi wahana bagi
diperolehnya pengalaman-pengalaman politik. Dalam hal ini -lahirnya sosok
politisi ulung- merupakan salah satu tujuan dari cita-cita pendidikan Madrasah
Khairu Ummah Panatagama Yogyakarta, sehingga pembelajaran sejarah menjadi suatu
keharusan sebagai salah satu sebab yang harus dilalui demi tercapainya tujuan tersebut.
Tujuan Umum Kurikulum Tarikh
Wa Siyasah
Dari
paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan umum kurikulum pembelajaran
Tarikh Wa Siyasah Padepokan Kader ’Ulama Panatagama adalah sebagai berikut;
1.
Menumbuhkan minat yang tinggi terhadap pembelajaran
sejarah.
2.
Menumbuhkan visi hidup yang besar / tinggi pada
anak didik.
3.
Menumbuhkan keseharian, akhlaq, sikap hidup,
karakter-karakter unggulan orang-orang besar pada anak didik yang sesuai dengan
ajaran Islam.
4.
Menumbuhkan pemahaman yang benar terhadap masa
lalu umat Islam.
5.
Menumbuhkan rasa bangga terhadapa ajaran Islam, dan sejarah umat Islam.
6.
Menumbuhkan adab yang benar terhadap para pejuang
Islam masa lalu.
7.
Menumbuhkan pemahaman yang benar terhadap
hukum-hukum kesejarahan / norma-norma sejarah manusia baik dalam level individu,
kelompok dan umat.
8.
Menumbuhkan kesadaran yang benar terhadap pilihan
peran kesejarahan pada anak didik.
9.
Menumbuhkan kemampuan berpikir politis dan
sensitivitas politik pada anak didik.
Cakupan Materi Tarikh Wa Siyasah
Dengan
mempertimbangkan tujuan umum kurikulum Tarikh Wa Siyasah Madrasah Salafiyah
Khairu Ummah Panatagama Yogyakarta sampai pada kesimpulan tentang cakupan
materi Tarikh Wa Siyasah, yaitu sebagai berikut:
1. Kapita selekta kisah
Nabi dan Rasul.
2. Kapita selekta biografi
negarawan Islam.
3. Kapita selekta biografi
para Mujahidin.
4. Kapita sekta biografi
para ‘Ulama ( para Imam Mujtahidin, para Imam Muhadditsin, para Fuqaha, para
Mufassirin, para pemikir dll )
5. Kapita selekta biografi
para saintis Muslim.
6. Kapita selekta gambaran
buruk sejarah umat Islam oleh pihak di luar Islam serta penjelasan sejarah yang
sebenarnya / perspektif Islam.
7. Kapita selekta
sejarah Islamisasi di berbagai wilayah.
8. Kapita selekta
sejarah kondisi umat Islam pada berbagai kurun, analisis kausal atas kondisi
tersebut, analisis penentuan penilaian atas kemajuan atau kemundurannya.
9. Kapita selekta studi
kasus pengambilan keputusan politik masa lalu yang berpengaruh pada masa kini.
10. AnĂ¡lisis terhadap
kondisi perpolitikan kekinian.
Uslub Pembelajaran Tarikh Wa Siyasah:
Dengan mempertimbangkan realitas karakter materi
pembelajaran Tarikh Wa Siyasah, tujuan umum kurikulum Tarikh Wa Siyasah serta
hal-hal lain yang relevan, maka Madrasah Salafiyah Khairu Ummah Panatagama
Yogyakarta sampai pada kesimpulan tentang uslub pembelajaran
1. Kelas 1-2: klasikal,
drama, nonton Film, misal
menonton film kartun Shalahuddin Al-Ayyubi.
2. Kelas 3-4 : klasikal, drama, nonton Film, kunjungan
3. Kelas 5-6 : klasikal, drama, nonton Film, kunjungan,
menceritakan kembali
4. Kelas 7-8 : klasikal,
drama, nonton Film, kunjungan, observasi, diskusi, studi literatur